Pengarang : William Scott Wilson
Buku ini berisi biografi seorang tokoh legendaris Jepang bernama Miyamoto Musashi (yang terkenal sebagai Kensei/ahli pedang, pencari kesempurnaan spiritual, dan penulis Kitab Lima Lingkaran). Ayahnya adalah seorang ahli samurai yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kaisar. Walaupun ayahnya seorang ahli samurai, Musashi seringkali mengkritik teknik bertarung ayahnya hingga hampir dibunuh ayahnya sendiri karena kritik-kritik pedas tersebut. Suatu ketika dia minggat dari rumah karena berusaha dibunuh ayahnya dengan dilempar shuriken (namun mampu berkelit).
Pertarungan pertama Musashi (1584-1645) terjadi ketika berumur 13 tahun (1596). Pada usia 17 tahun (1600) ikut pertempuran Sekigahara (pertempuran yang sangat legendaris). Sedangkan pertarungan puncaknya adalah pada usia 29 tahun ketika melawan Sasaki Kojiro di Pulau Ganryu (Pulau Funa). Sejak pertarungan itu, dia menjadi lebih arif dan tak mau lagi bertanding untuk membunuh, hanya bertarung untuk mengalahkan. Musashi selalu menggunakan pedang kayu dengan teknik andalannya adalah Niten Ichi-ryu atau gaya dua pedang (dimana satu pedang panjang melambangkan pria dan pedang yang lebih pendek melambangkan wanita). Musashi mampu MEMPERMAINKAN SISI PSIKOLOGIS LAWANNYA dengan berbagai cara seperti datang terlambat atau datang lebih awal saat akan bertarung.
Keunikan Musashi adalah mampu dekat dengan para penguasa (daimyo). Bahkan Kaisar Tadatoshi Hasokawa sering mengajaknya berdiskusi tentang masalah pemerintahan dan mengundangnya untuk pembicaraan empat mata. Dia sangat terkenal suka berbicara sambil minum teh. Karena selalu MENYERAP ILMU DARI LAWAN BICARANYA, maka dia mampu menguasai berbagai macam keahlian seperti sastra, puisi, drama, dll. Bahkan Musashi bisa merancang taman dan kota.
Musashi bukan penganut satu sekte atau agama tertentu, tetapi tidak ragu mengambil sesuatu yang bermanfaat baginya. Baginya JALAN KEBENARAN MUSASHI TIDAK TERIKAT PADA APAPUN, baik jalan hidup, pikiran maupun teknik bersilat.
Kata-kata Musashi
- "Dalam seni bela diriku, ketika aku melangkah sambil menghunus pedangku, aku maupun lawanku tak pernah ada. Sudut pandangku adalah menghancurkan baik langit maupun bumi, dan dengan demikian aku tak mengenal takut."
- "Jadilah burung kasa jika memang kita adalah burung kasa, dan jadilah gagak jika kau memang gagak." Artinya baik kasa maupun gagak punya kemampuan yang berbeda, yang dikembangkan melalui pelatihan kita sendiri, dan bahwa kita harus setia pada sifat-sifat itu. Tanpa meniru-niru orang lain, kita harus mengambil apa yang pas untuk dirimu sendiri dan menggunakan senjata yang bisa kau tangani.
- "Jangan menggunakan jurus yang sama lebih dari tiga kali." Dia mengatakan ini mengacu pada pertempurannya ketika membasmi tiga orang anggota keluarga terkemuka.
- "Perjalanan seribu ri berlangsung selangkah demi selangkah."
- “Nada musik dan warna dasar itu terbatas, tapi jumlah kombinasinya tidak pernah terbatas.”
- “Ketika menghadapi sebatang pohon, jika kau mengamati salah satu daunnya yang merah, kau tidak akan melihat semua daun yang lain. Ketika mata tidak diarahkan pada selembar daunpun, dan kau tidak memikirkan apapun, berapapun jumlah daun akan bisa terlihat olehmu tanpa batas. Tapi jika selembar daun menguasai mata, maka seakan-akan daun yang lain tidak ada.”
Ajaran Musashi
- Jalan kemenangan. Jalan ksatria bukanlah jalan menuju kematian, namun jalan menuju kemenangan. Musashi menolak konsep bahwa bertarung itu untuk menyongsong kematian. Bertempur itu mengalahkan musuhmu di setiap pertempuran.
- Disiplin. Musashi menyuruh muridnya untuk latihan teknik di pagi hari dan latihan fisik di sore hari. "Usahakan agar kau membentuk dirimu dengan seribu hari mempraktikkan teknik dan sepuluh ribu hari latihan fisik".
- Pikiran sehari-hari. Jangan membiarkan kerangka berpikirmu berbeda dengan kerangka berpikirmu sehari-hari. Tidak terlalu tegang, tidak terlalu santai, pikiran tidak boleh bergeser dari kondisi normalnya. Jadikanlah dirimu terbiasa dengan segala sesuatu yang luar biasa.
- Pengetahuan nyata. "Kau harus berlatih di jalan pedang dengan kedua tanganmu" (artinya berlatih sendiri). Milikilah pengetahuan praktis atas segala senjatamu. "Kau harus menyelidiki SENDIRI dengan seksama". Jangan pernah setengah-setengah dalam menghadapi suatu hal.
- Psikologi. Musashi menganggap penting upaya mengalihkan dan mengacaukan lawan. Sekalipun kau mampu, berikan kesan bahwa kau tidak mampu, sekalipun siap menyerang, berikan kesan sebaliknya, ketika hendak mendekat, berikan kesan kau hendak menjauh. Berikan godaan agar musuhmu masuk, tunjukkan kekacauan dan tundukkan dia. Keahlian prajurit yang tertinggi adalah mengacaukan rencana-rencana musuh.
No comments:
Post a Comment