Tuesday, 5 January 2010

Resensi: Romance of The Three Kingdom

Judul Novel: ROMANCE OF THE THREE KINGDOMS (SAMKOK)

Romance of The Three Kingdoms (Samkok) merupakan roman yang ditulis oleh Luo Guanzhong (1330 - 1400 M). Setting lokasi dan waktunya adalah Tiongkok tahun 196-265 M. Sang penulis menulis berdasar literatur resmi kerajaan ditambah sedikit imajinasinya. Sebagai info, roman ini menginspirasi film kolosal Red Cliff dan manga Ryuuroden. Inti dari roman ini adalah cerita tentang sebuah kerajaan yang terpecah menjadi tiga kerajaan dan kemudian bersatu kembali. Yang membuat roman ini sangat menarik (bagi saya) adalah banyaknya siasat perang dan kepribadian manusia yang ditampilkan. Kalau mengutip dari www.wikipedia.com, disebutkan bahwa roman ini diakui sebagai salah satu representasi puncak perkembangan sastra Tiongkok. Secara garis besar roman tersebut mengisahkan sebagai berikut:

Menjelang penghujung kekuasaan dinasti Han, para kasim memperjualbelikan kekuasaan yang mereka miliki hingga mengakibatkan kekacauan pemerintahan. Kondisi ini memicu pemberontakan jubah kuning (yang memiliki semboyan mengubah langit biru menjadi langit emas) yang berujung pada kematian Kaisar. Anak Kaisar yang masih berusia 12 & 10 tahun diangkat menjadi Kaisar dan Pangeran. Kaisar baru yang masih berusia 12 tahun dibunuh oleh ajudannya sendiri karena dianggap tidak becus mengurus negara. Selanjutnya Pangeran Liu Xian yang masih berusia 10 tahun diangkat menjadi kaisar yang baru dan menjadi kaisar boneka Perdana Menteri (PM) Dong Zhuo. Dong Zhuo adalah seorang patriot yang “awalnya” peduli pada negara dan dinasti Han. Atas jasanya ikut memadamkan pemberontakan jubah kuning, Dong Zhuo diangkat menjadi PM sekaligus pemimpin tertinggi militer kerajaan. Godaan kekuasaan dan perjalanan waktu mampu merubah sifat seseorang. PM Dong Zhuo memerintah dengan kejam dan menurunkan kredibilitas kekaisaran.

Demi menghentikan kekejaman PM Dong Zhuo, maka Menteri Wang Yun (yang peduli pada negara) menikahkan salah satu pelayannya yang cantik (Diao Chan) dengan Jenderal Lu Bu (jenderal andalan PM Dong Zhuo) dengan tujuan agar Lu Bu berseteru dengan ayah angkatnya (PM Dong Zhuo). Karena sama-sama lemah terhadap kecantikan wanita, Diao Chan mampu menceraiberaikan PM Dong Zhuo dan Jenderal Lu Bu hingga menyebabkan PM Dong Zhuo mati di tangan Jenderal Lu Bu. Pelajarannya adalah bahwa perempuan bisa menjadi sumber petaka yang dikirimkan oleh pihak musuh.

Kematian PM Dong Zhuo mengakibatkan para jenderal yang setia padanya (khususnya Jenderal Li Jue dan Jenderal Guo Si) berusaha membalas dendam dan memberontak. Pemberontakan para jenderal tersebut meruntuhkan wibawa kaisar dan memaksa istana meminta bantuan Cao-Cao. Di kemudian hari walaupun Cao-Cao seringkali kalah dalam pertempuran (namun selalu selamat) berhasil memberantas pemberontakan dan atas jasanya diangkat menjadi PM. Para jenderal pemberontak dibunuh bersamaan dengan dikalahkannya pasukan Yuan Shao. Adapun Yuan Shao adalah bangsawan yang mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar baru karena memiliki stempel kekaisaran. Stempel tersebut membuatnya lupa diri, apalagi ditambah besarnya jumlah armada militernya. Namun sayangnya walaupun memiliki armada militer yang besar, Yuan Shao adalah penguasa yang penuh keraguan sehingga tidak bisa memutuskan hal yang penting. Hal ini diperparah dengan ketidakloyalan para bawahannya sehingga membawa kehancurannya.

PM yang baru yaitu Cao-Cao memiliki karakter licik, kejam, dan sangat tidak menghargai kaisar. Satu-satunya alasan dia tidak membunuh kaisar adalah agar tidak bermusuhan dengan rakyat. Jadi sekejam-kejamnya para pemimpin militer, mereka selalu berusaha mendapatkan simpati rakyat. Kekurangajaran Cao-Cao membuat Kaisar Xian bertitah secara rahasia kepada Menteri Dong Cheng agar menyingkirkan Cao-Cao. Dong Cheng mengajak Liu Bei untuk bergabung dalam konspirasi membunuh Cao-Cao. Setelah melihat titah kaisar yang ditulis dengan darah kaisar sendiri, Liu Bei menyetujui ajakan Dong Cheng dan memutuskan bermusuhan dengan PM Cao-Cao. Dong Cheng dihukum mati setelah salah satu pelayannya melaporkan konspirasi ini kepada PM Cao-Cao.

Yang unik dari PM Cao-Cao ini adalah dia seorang jenius dalam hal siasat militer. Dia berhasil memenangkan banyak peperangan (terutama dengan strategi menyerang logistik musuh). Meskipun licik dan kejam, Cao-Cao mampu membuat banyak orang bijaksana dan para pendekar hebat mau bekerja untuknya. Pasukan khusus Cao-Cao dijuluki Armored Tiger. Cao-Cao selalu membunuh orang yang berkhianat pada tuannya yang lama karena takut apabila suatu saat si pengkhianat akan mengkhianati tuannya yang baru yaitu dirinya, sebaliknya dia sangat menghargai jenderal yang sangat setia pada tuannya yang lama.

Bangsawan lain yang juga menjadi terkenal setelah memadamkan pemberontakan jubah kuning adalah Liu Bei (yang juga paman kaisar). Dalam hidupnya Liu Bei mengalami banyak kegagalan dan penderitaan. Dia memiliki dua saudara angkat yaitu Guan Yu dan Zang Fei serta seorang jenderal yang sangat gagah berani yaitu Jenderal Zhou Yun. Liu Bei juga memiliki penasihat yang sangat paling hebat bernama Zhuge Liang (sang naga tidur) dan Pang Tong (sang phoenix). Di kemudian hari Jenderal besar Huang Zhong, Jenderal Wei Yang, dan Jenderal Ma Chao juga menjadi pengikut Liu Bei.

Di awal Liu Bei memintanya menjadi penasihat, Zhuge Liang (yang merupakan ahli siasat dan juga ahli perbintangan) sudah memprediksi bahwa kerajaan akan terbagi menjadi tiga bagian yaitu Wei menguasai daerah utara, Wu menguasai daerah selatan, dan Shu yang akan menguasai daerah tengah/barat. Zhuge Liang mengalami kemenangan pertama atas pasukan Cao-Cao di Lembah Bowang dengan menggunakan api yang membakar musuh di jalanan sempit (5,000 pasukan mengalahkan 10,000 pasukan). Dengan kemenangan tersebut, dia mendapatkan kepercayaan dari Zhang Fei dan Guan Yu yang awalnya tidak percaya bahwa seorang yang tidak pernah berperang dan selalu bermalas-malasan bisa menjadi ahli strategi yang handal. Pada perang berikutnya Zhuge Liang mengosongkan kota dan membakarnya hingga pasukan Cao-Cao di bawah komando Cao Ren kalah total (10,000 pasukan mengalahkan 200,000 pasukan).

Setelah meninggalkan kota yang terbakar, Liu Bei dan rakyatnya pergi ke kota Xiang Yang dengan tujuan menghindari PM Cao-Cao dan meminta perlindungan pada Liu Zong (penguasa kota yang merupakan keponakan Liu Bei). Namun demikian ketika Liu Bei bersama rakyatnya (yang telah meninggalkan kota yang telah terbakar) sampai di depan kota Xiang Yang, bukannya dibukakan pintu kota, justru mereka dihujani panah. Akhirnya Liu Bei pergi sambil membawa rakyat yang berjumlah satu juta. Dalam perjalanan ini rakyat sangat menderita baik karena keletihan ataupun diserang pasukan Cao-Cao. Penderitaan rakyat dan kisah heroik menyertai hijrah Liu Bei bersama rakyatnya ini. Suatu ketika Zhang Fei membuat pasukan Cao-Cao (yang sedang mengejar) menjadi terhenti di jembatan Zhang Pan dengan cara membuat asap tebal dari balik pepohonan di seberang jembatan untuk mengesankan bahwa ada banyak jebakan dan banyak prajurit yang sedang bersembunyi di seberang jembatan. Di lain pihak kisah heroik Zhao Yun bermula ketika pasukan Cao-Cao membantai rakyat Liu Bei hingga menyebabkan anak dan istri Liu Bei hilang. Zhao Yun mencari anak dan istri Liu Bei hingga bertemu musuh dan akhirnya berhasil menyelamatkan anak Liu Bei dengan (seorang diri) membantai 1000-an prajurit, 150 pasukan elit, 50 perwira dan jenderal, serta merampas pedang pusaka. Pada akhirnya Liu Bei mendapatkan bantuan pasukan dari Liu Qi (keponakan Liu Bei). Bantuan ini menyebabkan pasukan Cao-Cao mundur dan menghentikan pengejaran terhadap Liu Bei.

Guna mempersiapkan perang dengan PM Cao-Cao, Liu Bei mengirimkan Zhuge Liang untuk meminta bantuan dari penguasa tanah selatan yaitu Raja Sun Quan (gelar Raja di sini berarti masih di bawah Kaisar). Dalam mengupayakan agar Sun Quan (Kerajaan Wu) mau berkoalisi dengan Liu Bei, Zhuge Liang melakukan debat publik melawan pejabat negara. Zhuge Liang memanas-manasi dengan mengatakan bahwa Sun Quan adalah raja yang memiliki harga diri dan kedaulatan dan tidak sepantasnya tunduk pada siapapun. Zhuge Liang juga memanas-manasi Zhou Yu (jenderal andalan Sun Quan) dengan mengatakan bahwa yang dikehendaki Cao-Cao hanya tahta dan dua wanita cantik (wanita yang pertama adalah janda Sun Ce dan wanita yang kedua adalah istri Zhou Yu). Cao-Cao memang pernah mengatakan bahwa dia akan berhenti berperang ketika sudah mengalahkan seluruh wilayah kerajaan (termasuk wilayah selatan) dan menikahi kedua wanita tersebut (Jadi Cao-Cao melakukan ekspansi besar-besaran mengorbankan jutaan nyawa hanya demi mendapatkan wanita). Pada akhirnya Zhou Yu menyarankan Sun Quan berperang karena dia merasa pasukan Wu dari selatan bisa menang. Zhou Yu memperkirakan bahwa keuntungan ada di pihak Wu karena pasukan utara tidak terbiasa perang di air ditambah sedang musim dingin yang menyebabkan medan menjadi lebih berat. Akhirnya terbentuklah koalisi antara Liu Bei dan Sun Quan.

Meskipun menjadi mitra koalisi, Jenderal Zhou Yu (dari Kerajaan Wu) merasa khawatir karena Zhuge Liang jauh lebih pintar dari dirinya dan mampu menebak segala hal yang akan terjadi. Pernah suatu ketika Zhou Yu memerintahkan Zhuge Liang mengumpulkan 100,000 anak panah dalam tiga hari, dan jika tidak bisa akan dihukum mati. Zhuge Liang menyanggupi dan menuju basis pertahanan Cao-Cao dengan membawa 20 buah perahu dan boneka jerami sambil menabuhkan genderang perang. 6000 Pasukan Cao-Cao yang tidak berani keluar karena kabut malam menghujani 20 perahu ini dengan panah dan berhasil mengumpulkan 100,000 anak panah. Zhuge Liang kemudian berkata, “Seseorang tidak akan menjadi pemimpin tanpa pernah tahu bagaimana cara kerja langit dan bumi. Seseorang harus paham misteri taktik dan nilai dari kekuatan. Aku hanya meminta waktu 3 hari agar Zhou Yu bersedia memberiku bahan yang kuperlukan. Takdirku ditentukan oleh Yang Mahakuasa bukan Zhou Yu”.

Dalam pertempuran di Tebing Merah (Chi Bi), Zhuge Liang dengan ritual tao mampu secara mistis menghadirkan angin yang dibutuhkan Zhou Yu untuk menghancurkan taktik kapal berantai Cao-Cao. Setelah membakar kapal-kapal perang dan mengalahkan pasukan Cao-Cao dengan sangat telak, Zhou Yu ingin merebut Nan Jun. Dalam pertempuran memperebutkan Nan Jun ini, Zhou Yu berhasil menang atas Cao Ren, namun kota justru diduduki oleh Zhuge Liang. Zhuge Liang memperdayai para jenderal Cao-Cao yang sedang mempertahankan kota dengan cara memalsukan stempel dan surat sehingga seluruh jenderal meninggalkan kota tanpa penjagaan. Zhuge Liang merebut beberapa kota tanpa berperang.

Ketika Cao-Cao meninggal pada tahun 220 M, dia digantikan anaknya yaitu Cao Pi. Cao Pi jauh lebih kasar terhadap Kaisar dan kemudian melakukan kudeta. Cao Pi mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Wei menggantikan Kaisar Xian (dari dinasti Han). Inilah awal terbentuknya tiga negara/kerajaan. Cao Pi menganggap bahwa ayahnya adalah kaisar pertama. Karena Cao Pi telah melakukan kudeta, maka Liu Bei juga mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar penerus dinasti Han (Liu Bei menjadi Raja Shu). Dia menitahkan Jenderal Guan Yu untuk menjaga dari serangan Kerajaan Wei (dari utara) ataupun dari serangan Kerajaan Wu (dari selatan). Jenderal Guan Yu yang sangat terkenal sebagai dewa perang menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Guan Yu semakin tenar ketika mampu mengalahkan ratusan ribu pasukan Cao Pi (Kerajaan Wei) yang akan menyerang Jing Zhou. Kepercayaan dirinya membuatnya lengah dan lupa diri sehingga meremehkan ancaman dari Sun Quan (kerajaan Wu). Hal ini menyebabkan pasukan Kerajaan Wu dapat mengalahkan dan membunuhnya.

Semenjak kematian Guan Yu, Zhang Fei menjadi suka mabuk dan dalam mabuknya dia memukul anak buahnya. Anak buahnya yang kesal padanya kemudian membunuhnya ketika dia sedang mabuk dan tertidur. Liu Bei yang sangat marah dengan kematian kedua saudaranya langsung menyerang Wei dengan kekuatan yang sangat besar. Dia mengalami kekalahan dan mundur. Semenjak kekalahan terakhir dia semakin sering sakit-sakitan karena memikirkan kedua saudaranya yang telah meninggal. Akhirnya dia juga meninggal dengan berpesan kepada Zhuge Liang untuk membantu anaknya Liu Shan sebagai kaisar.

Ketika Cao Pi (Kerajaan Wei) akan menyerang Kerajaan Shu, Zhuge Liang mengirim utusan kepada Kerajaan Wu mengajak berkoalisi menentang Wei. Raja Suan Quan yang ragu bertanya pada sang utusan, apakah Shu akan mengkhianati Wu (seperti sebelumnya pernah terjadi)? Utusan tersebut menjawab bahwa langit tidak mengenal dua matahari, rakyat juga tidak mengenal dua kaisar, setelah Wu dihancurkan, tidak ada yang tahu kepada siapa mandat langit akan diturunkan (mandat langit bisa turun kepada Raja Shu ataupun Raja Wu, yang terpenting adalah mengalahkan Raja Wei terlebih dahulu). Mendengar hal tersebut maka Sun Quan bersedia berkoalisi dengan Liu Shan (Kerajaan Shu).

Ketika Raja Wei (Cao Pi) meninggal, anaknya Cao Rui diangkat sebagai kaisar. Karena terjadi kekosongan kepemimpinan di Yongzhou dan Liangzhou, maka Sima Yi diutus menjaga daerah ini dengan mengomandani lebih dari 200,000 prajurit dan menjadi komandan militer terkuat di Wei. Namun karena taktik pecah belah Zhuge Liang menyebabkan Sima Yi diturunkan pangkatnya. Karena Shu sudah menjalin perjanjian damai dengan Wu di selatan, maka Zhuge Liang segera menyerang kerajaan Wei di utara. Ketika Zhuge Liang menyerang Wei dan tampaknya akan mengalahkan Wei, Jiang Wei (yang sangat suka membaca buku, ahli berkuda, ahli menggunakan senjata, dan sangat percaya diri) mengusulkan agar Sima Yi diangkat kembali menjadi pemimpin militer. Cao Rui setuju dan mengutus Sima yi menjadi pemimpin pasukan termasuk 30,000 armored tiger. Sima Yi mampu memukul mundur Zhuge Liang. Setelah mengalahkan pasukan Shu, Sima Yi berusaha melakukan ekspansi ke kerajaan Wu. Namun pada tahun 229 M pasukan Sima Yi bisa dikalahkan pasukan Wu.

Pertempuran di perbatasan ketiga negara sangat sering terjadi dan kemenangan datang silih berganti (Sima Yi adalah lawan sepadan bagi Zhuge Liang). Tercatat enam kali Zhuge Liang melakukan ekspedisi untuk menaklukkan Wei namun selalu gagal. Suatu ketika Zhuge Liang kembali menyerang Wei dengan disertai beberapa jenderal yaitu Guan Xing (Putera Jenderal Guan Yu), Zhang Bao, Zhang Yi (putera Jenderal Zhang Fei), Wang Ping, Ma Zheng (putera dari Jenderal Ma Chao), Wang Ni, Jiang Wei (yang sebelumnya mengabdi kepada Wei). Dalam pertempuran melawan Wei, dia selalu berhadapan dengan Sima Hi yang didukung oleh Jenderal Zhang He. Ketika hampir mencapai kemenangan, ternyata Zhuge Liang mendadak sakit dan akhirnya menarik semua pasukan kembali ke Hanzhong. Zhuge Liang banyak mengurusi pekerjaan remeh yang tidak perlu dikerjakan oleh seorang Perdana Menteri. Akibatnya dia sangat kelelahan dan kesehatannya menurun hingga akhirnya meninggal.

Karena Zhuge Liang telah meninggal, maka Sima Yi kembali ke istana dan kembali menjadi Perdana Menteri. PM Sima Yi menancapkan kuku-kuku pengaruhnya dengan menempatkan sanak saudaranya ke dalam posisi strategis dan penting di pemerintahan. Dia juga membunuh keturunan Cao-Cao yang tidak suka padanya. Dia memiliki Jenderal hebat yaitu Zhong Hui dan Deng Ai. Ketika Shima Yi meninggal, dia digantikan putranya yaitu Sima Shi. Cao Fang yang menjadi raja Wei (menggantikan Cao Rui) dikudeta oleh Sima Shi (putra dari Sima Yi) dengan cara yang persis ketika 40 tahun yang lalu leluhur Cao Fang (Cao-Cao) mengkudeta Raja Xian Lian. Jadi karma pasti terjadi, kalau tidak menimpa diri sendiri, pasti menimpa keturunannya. Kaisar Cao Fang digantikan oleh Kaisar Cao Mao. Pada tahun 256 M, PM Shima Shi meninggal dan digantikan oleh PM Sima Zhao. Bersamaan dengan itu Kaisar Mao dikudeta dan digantikan oleh Kaisar Cao Huang.

Di tempat lain di Kerajaan Shu, Liu Chan tidak memperdulikan masalah negara. Dia sibuk dengan selir-selirnya. Dia mendapatkan nasihat-nasihat yang buruk dari Kasim Huang Hao. PM Jiang Wei yang bertempur di tempat jauh tidak bisa memberikan nasihat kepada rajanya. Rakyat menjadi menderita. Ketika Jenderal Zhong Hui dan Jenderal Deng Ai diberitakan akan menyerang kerajaan Shu pada tahun 263 M, Liu Chan menemui seorang peramal. Lantas peramal tersebut mengatakan bahwa Kerajaan Wei segera tunduk pada Shu. Akhirnya dia tidak mengirimkan pasukan ke perbatasan yang berakibat pada kekalahan total di pihak Shu. Bahkan ketika berita jatuhnya berbagai kota-kota ke tangan Wei, Kasim Huang Hao tetap mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah kabar burung. Akhirnya kaisar menyerahkan diri kepada Wu dan sejak itu berakhir pula masa kekuasaan Dinasti Han selama 400 tahun. Pelajarannya adalah jangan percaya pada peramal dan pilihlah bawahan yang baik.

Pemimpin Kerajaan Wei yang dianggap berjasa besar menundukkan Kerajaan Shu adalah PM Sima Zhao. Atas jasanya, maka Kaisar Cao Huang (Kaisar Kerajaan Wei) mengangkat PM Sima Zhao sebagai Raja Muda Jin (raja artinya masih di bawah kaisar). Sima Zhao yang mati karena terserang stroke digantikan oleh anaknya Sima Yan. Pada tahun 265M Sima Yan melakukan kudeta dan melengserkan Kaisar Cao Huang. Maka sejak itu dimulailah masa kekuasaan dinasti Jin.

Di tempat lain, yaitu kerajaan Wu, sejak kematian Kaisar Sun Quan, dia digantikan Sun Lian, sedangkan perdana menterinya adalah sepupunya sendiri yaitu Sun Chen. Perdana Menteri Sun Chen melakukan kudeta terhadap Kaisar Sun Lian dan menggantinya dengan Pangeran Xiu (putera keenam dari Sun Quan). Saat Raja Sun Xian meninggal, dia digantikan oleh Sun Hao. Raja Sun Hao sangat tidak disukai oleh rakyat Wu karena memiliki perangai yang buruk yaitu senang bertindak kejam, senang berpesta, memiliki 1000 selir di istana harem, dan menarik pajak terlalu tinggi. Akhirnya Sima Yan bisa menaklukkan kerajaan Wu karena banyak rakyat yang mendukungnya. Dengan tunduknya kerajaan Wu kepada kerajaan Wei maka tiga negara telah kembali bersatu di bawah kekaisaran Dinasti Jin. Hal ini sesuai dengan hukum alam bahwa semua yang bersatu akan cenderung berpisah, dan yang semua yang terpisah akan cenderung bersatu.

Bumbu Cerita
  • Awal dinasti Han dimulai ketika Liu Bang memulai hidup sebagai pejabat kecil di Sishang. Lalu dengan pedang dia membunuh ular putih, yang merupakan awal ketenarannya memperjuangkan kebenaran. Dengan cepat dia menyatukan kekaisaran dan dalam tiga tahun telah menghancurkan Qin dan dalam lima tahun sudah menghancurkan Chu. Liu Bang selalu bersaing dengan Xiang Yu dan telah dikalahkan berkali-kali. Namun pada akhirnya ketika dia menang di gunung 18 li selanjutnya dia mendirikan dinasti yang berkuasa selama 400 tahun. Jadi kemenangan dan kekalahan merupakan hal yang biasa bagi seorang prajurit.
  • Seorang kaisar harus memiliki bawahan yang setia dan cakap. Jika tidak setia dan tidak cakap, maka dia akan merongrong kaisar dan terus memberikan informasi yang salah. Agar menjadi setia, bawahan harus diperlakukan sebagai partner bukannya budak. Berhati-hatilah dengan partnermu karena mereka selalu ingin lebih dan lebih.
  • Bawahan yang diperlakukan tidak adil dan kemudian memberontak akan menjadi sangat berbahaya, contohnya adalah Xu You (penasihat Yuah Shan) yang membelot ke Cao-Cao karena diperlakukan tidak selayaknya. Pembantu Dong Cheng juga demikian.
  • Koalisi bisa dicari dengan mencari musuh yang sama, namun koalisi seperti ini sangat rapuh. Memberi jabatan pada musuh bisa membungkamnya dalam waktu dekat agar tidak mengganggu status quo. Namun dalam jangka waktu yang lama akan memperbesar kekuasaannya. Oleh karena itu jabatan tinggi yang tidak strategis (bukan jabatan kemiliteran) diberikan kepada bawahan yang tidak loyal namun punya pengaruh besar (mitra koalisi). Ini terjadi ketika Liu Biao memberikan jabatan kepada keluarga selirnya. Cara ini juga sangat sering digunakan oleh Cao-Cao.
  • Perkawinan bisa diadakan dengan tujuan menggabungkan kekuatan. Ini disebut siasat “keluarga di atas orang lain” .
  • Karena diremehkan oleh Sun Quan, Pang Tong ingin mengabdi kepada Liu Bei. Liu Bei meremehkan Pang Tong dan “hanya” menjadikannya walikota. Selama 100 hari pertama menjadi walikota dia hanya mabuk-mabukan. Namun ketika Zhang Fei melakukan inspeksi, Pang Tong mampu menyelesaikan semua masalah dalam sehari. Selanjutnya Liu Bei menyadari kesalahannya menilai orang bijak dan sejak itu muncullah pepatah “jangan nilai buku dari sampulnya”.
  • Arak bisa membuatmu kehilangan sesuatu yang berharga, contohnya Zhang Fei yang kehilangan istana karena mabuk, Dian Wei yang kehilangan kapak dan nyawanya karena mabuk. Arak membuatmu membocorkan informasi yang berharga seperti Huang Kui mengatakan rencana Ma Teng yang ingin membunuh Cao-Cao. Arak juga dapat membuat Jenderal Zhang Fei kehilangan nyawanya akibat sedih atas kematian Guan Yu.
  • Harus ada yang dikorbankan oleh pimpinan jika ingin merebut hati rakyat, bahkan mengorbankan pejabat yang tidak bersalah. Ini terjadi ketika Cao-Cao memenggal kepala “Kepala Lumbung” yang membagikan makanan dalam porsi lebih kecil ketika akan menyerang Yuan Shu. Padahal sebenarnya perintah mengurangi takaran makanan karena paceklik adalah siasat Cao-Cao untuk menjajaki reaksi para prajurit. Selalu ada tumbal.
  • Selalu ada negosiator/perantara yang licik dan culas.
  • Sejak jaman dahulu, pembicara yang ahli dan pelajar memegang peranan penting dalam menentukan sejarah.
  • Raja Wen mengunjungi Lu Wen, nelayan tua di pinggir sungai Wei. Pangeran Huan dari Qi mengunjungi daerah timur sebanyak lima kali hanya sebelum bertemu Guan Zhong. Para raja selalu menghargai orang bijak walaupun mereka berasal dari kalangan rakyat jelata sekalipun.
  • Para tokoh di China selalu melihat segala sesuatu berdasar prinsip perbintangan. Dan ternyata memang alam seringkali memberikan pertanda akan terjadinya sesuatu.
  • Salah satu siasat perang: memerintahkan warga sipil berpakaian militer dan berpatroli untuk mengesankan bahwa kota tersebut sedang dijaga.
  • Salah satu siasat perang: berpura-pura mundur sedikit demi sedikit agar musuh terpancing maju dan semakin jauh dari markas/pertahanan utama dan semakin terlena. Huan Zhong menggunakan taktik mundur dan membiarkan musuh merebut tendanya agar musuhnya meninggalkan barang-barang berharga di tendanya dan direbut lagi.
  • Kelengahan adalah sumber petaka. Jenderal Guan Yu tewas karena selalu menang. Zhuge Liang juga sering memberikan kemenangan kecil pada musuhnya agar mereka terlena, hingga saat mereka benar-benar lengah diserang dengan serangan yang besar.
  • Salah satu siasat perang: membendung sungai agar musuh tidak mendapatkan minum ataupun dengan cara memotong jalur logistik.
  • Mereka yang menyerang musuh hanya demi memenuhi nafsunya akan kalah karena logikanya tidak berjalan. Ini seperti Cao-Cao yang kalah di Red Cliff ataupun Liu Bei yang kalah ketika akan menyerang Wu hanya karena ingin balas dendam.
  • Zhuge Liang mampu mempermainkan emosi dan keragu-raguan musuh. Zhuge Liang memberikan perintah berdasarkan topografi keadaan alam, bukan hanya berdasar buku perang saja.
  • Fungsi penasihat adalah membuat perasaan pemimpinnya ataupun jenderal yang didampinginya menjadi tenang, sehingga dia yakin akan keputusan yang telah diambilnya. Seringkali seorang pemimpin hilang kesadaran.
  • Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Jenderal Guan Yu melahirkan Jenderal Guan Xing. Sedangkan Jenderal Zhang Fei melahirkan Jenderal Zhang Bao.

Kutipan Tokoh
  • Pemotong leher banteng tidak digunakan untuk memotong leher ayam (nasihat pada Lu Bu).
  • Dunia dapat hidup tanpa Cao Hong, tapi tidak tanpamu yang mulia Cao Cao (Cao Hong yang mengorbankan dirinya untuk Cao-Cao).
  • Orang pemberani lebih baik menghadapi kematian dari pada bersembunyi di balik tembok (Yuan Shao).
  • Semangat seorang pemimpin mencerminkan kekuatan tentaranya, dan ketika pemimpinnya jatuh, maka prajuritnya tidak akan bertarung (Xun You).
  • Aku khawatir rakyat tidak akan mematuhi perintahku apabila aku tidak bersedia berbagi risiko dengan mereka (Sun Ce).
  • Bagaimana burung dapat mengerti cara terbang seekor naga (Cao Cao meremehkan orang bodoh yang berdebat dengan orang yang lebih pintar).
  • Kita harus mengalahkan dunia atau dunia mengalahkan kita (Cao Cao).
  • Dari jaman dulu, yang berjalan di jalur yang benar akan menggantikan mereka yang menyimpang. Mereka yang kurang kebajikan akan jatuh dan digantikan oleh mereka yang memiliki (Wan Yeng).
  • Aku Taishi Ca, aku tidak ada hubungan apapun dengan Kong Rong, tetapi karena ibuku, aku mau berbagi duka dan ketidakbahagiaan dengan dirinya (ketika menemui Liu Bei).
  • Keberhasilan tidak patut dirayakan dan kekalahan tidak patut disesali (Liu Bei). Kemenangan bukanlah alasan untuk bergembira, dan kekalahan bukanlah alasan untuk bersedih (ucapan Zhang Liao setelah berhasil mempertahankan kota dari serbuan musuh).
  • Saudara ada seperti kaki dan tangan, sedangkan istri dan anak seperti pakaian. Kau dapat menjahit pakaian, tapi bagaimana memasang kembali kaki dan tangan. (Liu Bei). Saudara itu seperti bagian tubuh sendiri (Wang Xiu).
  • Jenderal militermu adalah yang terbaik yang bisa mengalahkan pasukan manapun, namun kau tidak memiliki penasihat yang hebat. Pegawai sipilmu hanyalah kutu buku, bukan orang yang tepat untuk merajut dan mengatur nasib dirimu dan dunia (Cermin Air/Sima Hui berkata kepada Liu Bei).
  • Sekarang di Wu ada dua wanita cantik yang karenanya burung berhenti terbang, rembulan menutup mukanya, dan bunga-bunga tersipu malu.
  • Bulan memucatkan bintang dan gagak pergi ke selatan karena tidak mendapatkan tempat beristirahat (Cao-Cao).
  • Dalam keadaan terdesak semua cara harus dicoba, tidak boleh menyerah sampai harapan hilang (diucapkan Cao-Cao ketika menghindari pengejaran Zhou Yu setelah kalah di Tebing Merah).
  • Ketika seorang berbakat dilahirkan di dunia yang kacau ini, dia harus menjadi pendekar yang menggenggam pedang untuk menjejak gunung dan menyangga langit (Taishi Ci).
  • Langit mengapa kau menciptakan Zhuge Liang, padahal kau sudah melahirkan Zhou Yu (Zhou Yu).
  • Jangan menilai buku dari sampulnya (Lu Su merekomendasikan Pang Tong kepada Liu Bei).
  • Di masa yang kacau ini seseorang harus mengambil kesempatan, menguasai yang lemah, dan menyerang yang kacau (Pang Tong).
  • Hewan ternak dan burung-burung dapat mengetahui perubahan musim dan bencana,. Mengapa manusia tidak bisa (Xu Zhi).
  • Harimau tidak akan pernah melahirkan domba (Liu Bei ketika melihat kegagahan dari putera dari Zhang Fei dan Guan Yu).
  • Nyanyian burung akan terdengar sedih ketika kematian sudah dekat dan kata-kata orang sekarat adalah kata-kata yang baik (Konfusius).
  • Seorang penunggang yang bodoh tidak akan pernah tahu sedang mengendarai kuda yang bagus (Sima Yi).
  • Kecepatan adalah jiwa dari peperangan (Zhong Hui).
  • Bagaimana kita bisa mendapatkan anak harimau jika tidak mau masuk ke sarang harimau (Deng Ai).
  • Pangeran berkorban demi kehormatan kaisar dan istri berkorban demi kehormatan suaminya (Lady Cui istri dari Liu Chen yang merupakan cucu Liu Bei). Ini diucapkan ketika Kaisar Liu Chan akan menyerah kepada pasukan Wei.
  • Bulan tampak lebih indah di malam yang gelap (Jiang Wei). Ini ditulis kepada Kaisar Liu Chan yang ditawan oleh pasukan Wei.
  • Sembilan dari 10 masalah di muka bumi ini berakhir dengan ketidakberuntungan (Yang Hu).
  • Dalam setiap hal besar selalu akan ada pertentangan (Yang Hu).
  • Liu Xan lahir pada saat yang matahari digantikan rembulan dan pagi digantikan malam yang gelap.

Kutipan Zhuge Liang
  • Sarang burung bukanlah tempat yang ideal untuk burung phoenix (nasihat Zhuge Liang kepada Liu Bei). Burung yang pintar akan memilih ranting yang kuat untuk bertengger. Pelayan yang bijak akan memilih tuan yang tepat untuk dilayani (Li Ru merayu Lu Bu agar mau mengabdi pada Cao-Cao). Burung yang bijak memilih pohonnya sendiri, dan pelayan yang bijak memilih tuannya sendiri. Seorang berbakat yang dilahirkan ke dunia ini tetapi tidak dapat mengenali dan melayani tuan yang tepat adalah seorang yang ceroboh (Tian Feng).
  • Seseorang tidak akan menjadi pemimpin tanpa pernah tahu bagaimana cara kerja langit dan bumi (Zhuge Liang).
  • Angin dan awan tidak dapat diukur, tidak ada yang bisa menduga kapan mereka datang dan pergi, tapi benarkah begitu? (Zhuge Liang).
  • Dia memiliki bakat untuk mengukur langit dan menimbang bumi (Xu Shu memuji Zhuge Liang).
  • Ketidakberhasilannya sampai saat ini adalah karena kehendak langit karena dia tidak mau tunduk dan sujud pada siapapun (Zhuge Liang yang berusaha membujuk Sun Quan).

Kutipan dari Buku Perang Sun Tzu
  • Tidak ada kata cukup dalam menggunakan tipuan ketika berperang (Zhuge Liang mengutip Sun Tzu).
  • Untuk mengetahui dirimu dan musuhmu adalah rahasia dari sebuah kemenangan (Li Dian).
  • Kekosongan adalah isi dan isi harus dianggap kosong (buku siasat perang Ping Fa karya Sun Tzu). Pepatah ini diucapkan ketika Cao-Cao melihat jalanan yang tampak lengang dan sepi, sehingga mungkin akan ada penyergapan pasukan. Ini juga terjadi ketika suatu kota atau kemah musuh yang akan diserang dalam keadaan sepi seolah tidak berpenghuni.
  • Inti sari peperangan adalah tidak membiarkan musuh mengetahui rencanamu (Zhuge Liang).
  • Kita harus bersiap untuk segala hal yang mungkin terjadi (Buku Siasat Perang).
  • Pengetahuan dan kemampuan dari seorang pemimpin harus lebih daripada yang dipimpinnya sehingga mereka dapat mengontrol bawahannya. Mengetahui musuh, mengetahui diri sendiri, maka setiap pertempuran akan berakhir kemenangan (Sun Tzu).
  • Seranglah sebelum musuh siap, lakukan apa yang musuh pikir tidak mungkin kita lakukan (Sun Tzu).

No comments: