Saturday, 3 February 2007

rasa memiliki terhadap fasilitas publik

BRAKK... Sebuah suara memecah keheningan malam. Semua orang yang tadinya terlelap dalam mimpi indahnya langsung melihat sumber suara. Ternyata sebuah kaca jendela tepat satu kursi di belakang kursi saya terkena lemparan orang iseng. Kaca jendela KA mutiara selatan yang saya tumpangi tersebut berlubang dengan pola retakan seperti jaring laba-laba.


Kejadian ini berlangsung beberapa bulan lalu ketika saya pulang ke Jombang. Orang yang ada di samping kaca itu terkena serpihan kaca dan sedikit berdarah keningnya. Sebenarnya kaca itu sangat kuat, tapi karena sebelumnya sudah retak dan ditambah lemparan baru tadi sehingga semakin rusak. Saya bersyukur karena bukan kaca saya yang terkena lemparan, padahal beda beberapa detik doang. Namun lain kali saya jadi malas berada dekat kaca jendela.
Mungkin itu sekedar pembuka untuk mengingatkan betapa banyak manusia yang suka ngerusak fasilitas publik.


Fasilitas publik seperti kereta api memiliki tujuan dan fungsi yang bermanfaat. Meskipun ditujukan untuk masyarakat, namun fasilitas publik tersebut seringkali dirusak oleh masyarakat sendiri. Jawa Pos pernah menyebutkan bahwa salah satu penumpang KA Sawunggaling Utama mendapatkan jahitan di kepala karena terkena pecahan kaca. Oknum tersebut melempari KA di sekitar Stasiun Luwung dan Stasiun Cirebon.


Sebenernya saya penasaran, apa sih dampak perusakan tersebut? Kenapa dirusak? Bagaimana penanggulangannya?


Perusakan tersebut menimbulkan dampak yang dirasakan oleh berbagai pihak yang terkait dengan fasilitas umum tersebut (pemerintah, masyarakat, PT KA, konsumen/masyarakat). Dari sisi pemerintah dan PT KA jelas bahwa perusakan itu menyebabkan cost terhadap maintenance jadi meningkat. Sedangkan bagi masyarakat pengguna jelas rasa keamanan dan kenyamanan menjadi berkurang. Sebenernya bagi masyarakat lain non-pengguna KA, masih ada dampaknya lho. Pajak yang dikumpulin dari masyarakat akan terserap untuk perbaikan fasilitas kereta api itu. Padahal kalo KA itu gak rusak, dananya bisa dialirkan untuk keperluan yang lain, misalnya buat pendidikan atau apa kek,


Biasanya media menyebutkan bahwa salah satu alasan perusakan adalah karena kurang kerjaan. Padahal jika ditelaah lebih mendalam, hal tersebut mungkin diakibatkan oleh kurangnya rasa memiliki terhadap fasilitas umum. Masyarakat yang tidak pernah menggunakan jasa kereta api cenderung tidak peduli terhadap kenyamanan dan keamanan kereta api. Makanya mulai sekarang harus mulai ditanamkan pemikiran bahwa kerugian pemerintah adalah kerugian kita juga, meskipun kita bukan pengguna

Itu baru kereta api, masih banyak fasilitas umum yang lain kan,,,,

2 comments:

DARAJAT MULYANTO said...

pertama, yang bener itu sawunggalih utama bukan sawunggaling utama.

kedua, menurut gw, kalo yang ngelemparin kereta itu anak kecil, mereka murni iseng, kurang kerjaan, dan gak pernah dikasih tau sama orang tuanya. kayak masa kecil gw yang dulu juga suka naro paku di rel kereta biar gepeng.. (hi... kebayang, kalo tiba2 terguling gimana?)

tapi kalo yang ngelemparin itu orang dewasa (remaja seumuran kita, bapa2, ibu2, kake2, nene2, dll), salah satu alesan mereka adalah karena kereta bikin berisik (gw pernah baca ini di koran dan milis pecinta kereta api... SANGAT TIDAK LOGIS alesan mereka itu) kalo tidak punya alesan kenapa mereka ngelemparin kereta, bisa dikatakan kalo mereka ORANG GILA. YA, GILA!!! udah gede kok gak tau diri.

Ultimate reader said...

o gitu ya jat,, abis seingatku di koran tulisannya itu jat