Monday, 3 September 2018

Korea 01 (Tahun 1392-1910 - Dinasti Joseon)


Korea pada tahun 1392 s.d. 1910 diperintah oleh Dinasti Joseon. Dinasti Joseon ini didirikan pada tahun 1392 oleh seorang jenderal dari Kerajaan Goryeo (kerajaan yang memerintah Korea pada saat itu). Jenderal itu bernama Yi Seong-gye (kelak bergelar sebagai King Taejo). Pada saat itu, (sekitar tahun 1390-an), Kerajaan Goryeo yang telah memerintah Korea selama 400 tahun mengalami kemunduran akibat perebutan kekuasaan internal dan intervensi dari Kekaisaran Mongolia.

Pada saat yang bersamaan itu pula, terdapat intervensi dari dinasti Ming di China yang kekuasaan wilayahnya semakin besar hingga berdampak ke Kerajaan Goryeo. Di dalam istana Goryeo sendiri, para pembesar kerajaan terbagi menjadi dua faksi yang saling bertentangan. Satu faksi yang dipimpin oleh Jenderal Yi Seong-gye mendukung dinasti Ming, sedangkan faksi yang lain dipimpin oleh Jenderal Choe mendukung dinasti Yuan.

Pada tahun 1388, ketika seorang utusan dinasti Ming datang ke Goryeo untuk menuntut agar wilayah utara Goguryeo diserahkan kepada Ming China, sebagian besar pembesar kerajaan Goryeo sepakat untuk menolak permintaan tersebut dan memilih menyerang dinasti Ming. Kerajaan Goryeo mengirimkan Jenderal Yi Seong-gye untuk memimpin pasukan menyerang Semenanjung Liaodong guna melawan dinasti Ming. Namun pada kenyataannya, Jenderal Yi Seong-gye bukannya menyerang Semenanjung Liaodong namun berbalik arah ke ibukota untuk melakukan pemberontakan dan kudeta. Setelah menggulingkan Raja U, Jendral Yi Seong-gye tidak segera mengambil alih kekuasaan, namun menjadikan putra mahkota Chang (yang berusia sekitar 8 tahun) sebagai raja boneka. Dia memerintah sebagai penguasa di balik layar pada tahun 1389-1392.

Pada tahun 1392, Jenderal Yi Seong-gye kemudian mengeksekusi mati Raja Chang dan Raja U. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai King Taejo. Dia menamakan kerajaan baru yang dibentuknya tersebut sebagai Dinasti Joseon untuk menghormati kerajaan Joseon sebelumnya [kerajaan Gojoseon adalah kerajaan sebelum kerajaan Goryeo). Dinasti Joseon ini kemudian memerintah seluruh semenanjung Korea dan menjadi dinasti yang paling lama eksis di Asia Timur selama milenium terakhir.

Selama menjadi raja, King Taejo melaksanakan berbagai hal berikut:
  • Memindahkan ibukota ke Hanseong (sebelumnya bernama Hanyang dan kelak menjadi Seoul) dan membangun berbagai bangunan yang memiliki arsitektur indah termasuk Istana Gyeongbok (selesai dibangun pada tahun 1395) dan Istana Changdeok (selesai dibangun pada tahun 1405). 
 Gyeongbokgung

Changdeokgung 

  • Bekerja sama dengan para sarjana Konfusian yang berpikiran reformis untuk mereorganisasi masyarakat Korea menggunakan ajaran Konfusius. Pada tahun 1394, King Taejo menjadikan Neo-Konfusianisme sebagai agama resmi negara, yang mengakibatkan hilangnya banyak kekuasaan dan kekayaan oleh umat Buddha.Apabila pada dinasti-dinasti sebelumnya, kepemilikan tanah terkonsentrasi di tangan beberapa birokrat tingkat tinggi, tetapi King Taejo dan para penerusnya meredistribusi tanah di seluruh berbagai tingkat pemerintahan, menciptakan aristokrasi baru pejabat-sarjana yang disebut “Yangban” (Yangban berarti "dua perintah") mengacu pada cabang-cabang pemerintahan sipil dan militer.

Pada masa King Taejo, terdapat banyak intrik politik terutama yang terkenal dengan sebutan "Strife of the Princes" di mana putra-putra King Taejo berjuang memperebutkan tahta kerajaan. King Taejo galau dalam memutuskan siapa putranya yang akan menjadi raja selanjutnya. Yi Bangwon (putra kelima King Taejo dengan Ratu Sineui) memiliki kontribusi paling besar dalam membantu menjadikan ayahnya sebagai raja, namun Perdana Menteri Jeong Do-jeon mempengaruhi Raja Taejo untuk menjadikan putra kedelapannya (putra kedua dari Ratu Sindeok) yaitu Grand Prince Uian (Yi Bangseok) sebagai putra mahkota. Konflik ini muncul terutama disebabkan Perdana Menteri Jeong Dojeon, yang paling berjasa dalam membentuk dan meletakkan landasan ideologis, institusional, dan hukum Kerajaan Joseon, menganggap bahwa kerajaan Joseon merupakan kerajaan yang dipimpin oleh menteri yang ditunjuk oleh raja. Namun sebaliknya, Yi Bangwon ingin mendirikan monarki absolut dimana kerajaan diperintah langsung oleh raja.

Dengan dukungan King Taejo, Perdana Menteri Jeong Dojeon terus membatasi kekuatan keluarga kerajaan dengan melarang keterlibatan politik pangeran dan mencoba untuk menghapus pasukan pribadi mereka. Setelah kematian mendadak Ratu Sindeok, Pangeran Yi Bangwon memutuskan untuk menyerang dan merampok istana serta membunuh Perdana Menteri Jeong Dojeon dan pendukungnya serta dua putra Ratu Sindeok (saudara tirinya) termasuk putra mahkota pada 1398. Kejadian ini dikenal sebagai “First Strife of Princes”.

Kecewa dan marah oleh tindakan Pangeran Yi Bangwon dan sekutunya, King Taejo turun tahta pada 1398. Ia menunjuk putra keduanya, Pangeran Yi Banggwa (Pangeran Yeongan) sebagai penggantinya. Yi Banggwa kemudian bergelar sebagai Raja Jeongjong.

Pada tahun 1400, ketegangan antara faksi Pangeran Yi Bangwon dan faksi Pangeran Yi Banggan (Pangeran Yi Banggan sendiri adalah kakak laki-laki Pangeran Yi Bangwon) meningkat menjadi konflik besar yang kemudian dikenal sebagai “Second Strife of Princes”. Pangeran Yi Bangwon menang dan terbukti memiliki kekuatan yang sangat nyata dan besar di kerajaan Joseon.

Karena mendapatkan intimidasi dari Pangeran Yi Bangwon, King Jeongjong segera turun tahta dan menjadikan Pangeran Yi Bangwon sebagai pewaris. Pada tahun yang sama yaitu tahun 1400, Pangeran Yi Bangwon menduduki tahta dan bergelar sebagai King Taejong (dia menjadi raja ketiga Kerajaan Joseon).

Beberapa hal yang dilaksanakan oleh King Taejong adalah berikut:
  • Kebijakan pertamanya sebagai raja adalah melarang anggota keluarga kerajaan ataupun pembesar kerajaan memiliki pasukan keamanan bersenjata sendiri. Dia membangun monarki absolut dimana semua militer dan kebijakan di bawah kendali raja. 
  • Tindakan King Taejong selanjutnya adalah merevisi undang-undang yang ada mengenai pajak kepemilikan tanah dan pencatatan keadaan subjek. Dengan ditemukannya tanah tersembunyi, pendapatan nasional meningkat dua kali lipat.  
  • Dia memberikan kesempatan kepada rakyat biasa, ketika mereka punya masalah, bisa datang ke istana dan berkonsultasi dengan King Taejong. Dia mendirikan Kantor Sinmun untuk mendengar kasus-kasus orang yang merasa dirugikan atau diperlakukan secara tidak adil oleh pejabat pemerintah atau bangsawan.  
  • Untuk mendukung kekuasaannya, King Taejong mengeksekusi atau mengasingkan banyak pendukungnya yang membantunya naik tahta untuk memperkuat otoritas kerajaan. Bahkan ia juga membunuh keempat saudara laki-lakinya dan ayah mertuanya. Ia menjadi tokoh kontroversial yang membunuh banyak saingan dan kerabatnya untuk mendapatkan kekuasaan.
  • Apapun yang dilaksanakan, baik ataupun buruk, ia telah meletakkan dasar yang kuat untuk pemerintahan penerusnya yaitu King Sejong the Great.

Selama masa pemerintahan King Taejong, Kerajaan Ming China mengakui status kerajaan Joseon (realitanya adalah Joseon secara tidak langsung menjadi sekutu dan dilindungi oleh Kerajaan Ming).

Pada tahun 1418, setelah pengunduran diri King Taejong, putra ketiganya yaitu Sejong The Great naik tahta. Sejong menjadi raja karena putra pertama King Taejong yaitu Pangeran Yangnyeong lebih suka berburu di alam bebas (walupun ada yang mengatakan bahwa dia turun tahta demi adiknya bisa naik tahta), adapun putra kedua King Taejong, Pangeran Hyoryeong, memilih menjadi biksu.

 
Patung King Sejong di depan Gwanghwamun Gate, Gyeongbok Palace

 
Patung King Sejong di Yeouido Park

Dinasti Joseon mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan King Sejong The Great (1418-1450). Ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan berkembang pesat pada masa pemerintahan King Sejong. Berikut adalah pencapaian dan beberapa hal yang dilakukan oleh King Sejong:

  • King Sejong merevolusi pertanian dan mensponsori penemuan alat pengukur hujan dan jam matahari. 
  • King Sejong merevolusi pemerintahan dengan mengangkat orang dari berbagai kelas sosial sebagai pegawai negeri.
  • King Sejong melaksanakan acara resmi pemerintah menurut Konfusianisme, dan dia mendorong orang untuk berperilaku sesuai dengan Konfusianisme. Konfusianisme menjadi norma sosial.  
  • Pada masa kekeringan dan banjir, King Sejong menyediakan makanan dan tempat tinggal. Bagi para petani yang mengalami gagal panen, ia menerapkan sistem pinjaman di mana surplus gandum yang disimpan pemerintah dipinjamkan kepada mereka untuk dibayar kembali dengan bunga. 
  • Untuk mendorong para sarjana muda untuk belajar, ia memberikan banyak hibah dan berbagai dukungan pemerintah lainnya. 
  • Dalam hal hubungan dengan Kerajaan Ming Cina, ia membuat beberapa perjanjian yang menguntungkan Korea, termasuk memasang pos militer di bagian utara Semenanjung Korea. Dia juga mempertahankan hubungan baik dengan Jepang dengan membuka tiga pelabuhan untuk berdagang dengan Jepang. Ia juga menghentikan pembajakan di Laut Selatan (Laut Cina Timur) karena pulau Tsushima adalah basis bagi perompak Jepang.
  • Yang paling terkenal hingga sekarang adalah King Sejong dikenal sebagai penggagas yang menciptakan aksara Korea bernama Hangul. Aksara tersebut jauh lebih mudah dipelajari daripada huruf Cina (ia menugaskan tim ilmuwan untuk menciptakan Hangul pada 1443). 


Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Joseon mengalami gejolak pada tahun 1590-an. Pada tahun 1592 dan 1597, Jepang di bawah Toyotomi Hideyoshi menggunakan pasukan samurai mereka untuk menyerang Kerajaan Joseon (tujuan utamanya sebenarnya adalah untuk menaklukkan Kerajaan Ming China). Kapal Jepang menaklukkan Pyongyang dan Hanseong (Seoul). Pasukan Jepang yang menang perang memotong telinga dan hidung lebih dari 38.000 orang Korea. Kondisi ekonomi kerajaan dan rakyat menderita setelah invasi Jepang. Hal ini diperparah dengan adanya korupsi internal, penyuapan, dan pajak berat.

Rakyat Korea selanjutnya bangkit melawan tuan mereka untuk bergabung dengan penjajah. Rakyat membakar Istana Gyeongbok. Namun demikian, Kerajaan Joseon diselamatkan oleh Laksamana Yi Sun-sin, yang memerintahkan pembangunan "kapal-kapal penyu", kapal besi pertama di dunia. Kapal ini membawa Kemenangan Laksamana Yi Sun-sin pada Pertempuran Hansan-do dan memaksa mundur pasukan Jepang.

Patung Laksamana Yi Sun-sin di depan Gwanghwamun Gate, Gyeongbok Palace

Di sisi lain, dinasti Ming di Cina (yang didukung oleh Kerajaan Joseon) semakin melemah dan kemudian jatuh ke Manchuria, yang selanjutnya mendirikan Dinasti Qing. Kerajaan Joseon yang memang mendukung Kerajaan Ming sejak lama kemudian memilih untuk tidak menghormati dinasti Manchuria yang baru. Pada 1627 dan 1637, Dinasti Manchuria menyerang Korea dan memaksa Kerajaan Joseon tunduk pada Dinasti Qing Cina. Sejak itu Kerajaan Joseon dipaksa menghormati Dinasti Qing Cina.

Pada tahun 1863 King Gojong naik takhta sebagai raja yang ke 26 dari Dinasti Joseon (Gojong menjadi raja karena adanya intrik di dalam keluarga kerajaan). Karena saat itu King Gojong masih berumur sekitar 11 tahun, sehingga ayahnya yaitu Bupati Heungseon menjadi Daewongun untuknya (Daewongun adalah semacam pelaksana tugas raja). Heungseon Daewongun memerintah sampai Gojong mencapai usia dewasa.

Heungseon Daewongun adalah pendukung utama isolasionisme dan mendukung penganiayaan terhadap umat Katolik (kebijakan yang kemudian membuat Prancis berkampanye melawan Korea pada tahun 1866). Heungseon Daewongun merupakan penganut paham Konfusianisme yang taat. Ia merupakan seorang tokoh bijak dan cermat. Ia menghapuskan peraturan-peraturan lama yang tidak lagi berguna dan dimanfaatkan oleh segelintir penguasa. Ia juga merevisi undang-undang dan peraturan rumah tangga kerajaan serta tatacara upacara ritual kerajaan. Ia juga mereformasi militer kerajaan.
Replika Heungseon Daewongun di Istana Unhyeongung Palace

Ketika King Gojong memerintah, terjadi gejolak yang diakibatkan negara lain. Pada tahun 1894-1895, terjadi perang antara kekaisaran Jepang dengan Dinasti Qing China (pertempuran dilaksanakan di Korea). Hasil pertempuran adalah kekalahan untuk dinasti Qing. Selanjutnya Jepang mengambil alih tanah dan sumber daya alam Korea yang saat itu diperintah oleh Kerajaan Joseon. Kemenangan Jepang sekaligus menandai berakhirnya hegemoni Cina atas Korea.

Pada tahun 1897, King Gojong memproklamirkan berdirinya Kekaisaran Han Raya (Han / Daehan Empire). Pembentukan kekaisaran baru ini dilaksanakan karena Pemerintah Jepang mendesak King Gojong untuk mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar untuk menandai kemerdekaan Korea dari China. Pada tahun tersebut, King Gojong pindah ke Istana Gyeongungung. Kekaisaran berlangsung hanya selama 13 tahun dan berada di bawah bayang-bayang kendali Jepang.

Pada tahun 1905, Korea dan Jepang menandatangani Perjanjian Protektorat. Dengan perjanjian tersebut, Korea dilucuti haknya sebagai bangsa merdeka. Seiring berjalannya waktu, Jepang semakin memperbesar wilayah kekuasaannya. Beberapa tahun setelah mengalahkan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang (1904-05), Jepang secara resmi menduduki Semenanjung Korea pada tahun 1910.

No comments: