Sunday, 1 June 2008

Flashback,,,,

Ungu (Album: Surga-Mu)
Segala yang ada dalam hidupku
Kusadari semua milik-Mu
Ku hanya hamba-Mu yang berlumur dosa
Tunjukkan aku jalan lurus-Mu
Untuk menggapai Surga-Mu
Terangiku dalam setiap langkah hidupku
Karena kutahu hanya Kau Tuhanku
Allahu Akbar
Allah Maha Besar
Ku memuja-Mu di setiap waktu
Hanyalah pada-Mu
Tempatku berteduh Memohon ridho dan ampunan-Mu


Lagu di atas sering banget dinyanyiin seorang bocah yang ngamen di dalam bus kota 610 arah Pondok Labu-Blok M. Anak itu mulai beraksi pas di perempatan Blok M Plaza dari pagi ampe siang. Karena dinyanyiin dengan suara memelas, jadinya terasa dalem banget liriknya. Sumpah jadi pengen nangis hehe,,


Pas dia nyanyi itu, jadi flashback banyak peristiwa yang mengingatkan akan kebesaran Tuhan.

Flashback pertama
Pas jalan deket PLN Pusat, ada bus kota dengan kecepatan tinggi ngegenjret kubangan dan jadilah air kubangan itu nyiprat di celana+kemejaku. Emang sih aku salah karena gak jalan di trotoar, tapi seharusnya sopir itu juga berempati pada pejalan kakilah. Yang bikin dongkol adalah celana kainku cuman ada tiga,, sementara yang dua lainnya belum kering dicuciin sama si bibi, gila aja besokannya terpaksa aku pakai lagi tuh celana kotor.

Bayangan kedua aku juga keinget betapa dongkolnya pas tiba-tiba ada permen karet nempel di celanaku, entah ketempelan di metromini mana tuh. Bahkan keinget juga banyak pengalaman lain yang lebih sumpah ngeselin banget.

Moral pertamanya, mungkin memang itu adalah karma yang pantas aku terima atas kelakuan burukku di masa lalu. Dulu aku sering buang permen karet sembarangan sehingga mungkin sekarang sebagai balasan ketempelan permen karet juga. Dulu aku pernah nyetir di daerah yang becek dan tetep tancap gas meskipun ada kubangan sekalipun, dan tentu saja ban mobilku ngegencret pengendara motor hingga basah kuyup. Balesannya mungkin sekarang kemejaku yang basah kuyup kegenjret bus kota gila itu.

Flashback kedua
Pernah ngelihat aksi pukul-pukulan di terminal (mungkin para preman yang rebutan daerah kekuasaan,,). Yang menang jadi sok kuasa terhadap yang lemah dan bebas mukulin. Kalo dipikir-pikir, tirani di Indonesia dibangun dari level paling atas hingga level terminal sekalipun.

Moral kedua adalah bahwa hidup itu sungguh keras. Terlintas lagi masa-masa dulu di mana aku sering menjadi target sasaran kejahilan dan kejahatan di antara beberapa temen pas SMA hehe. Kalo orang bilang jadi pelengkap derita. Jadi sadar, hidup sungguh keras.

Flashback ketiga
Bahkan (masih di terminal yang sama) ada seorang cowok yang bertengkar dengan seorang cewek, mungkin mereka adalah pasangan. Kemudian si cowok ngacungin bogemnya ke muka si cewek seolah akan menghajar. Pokoknya kayaknya kasihan banget lah si cewek itu, tapi semua yang ada di situ gak ada yang berani misahin (mungkin dianggap konflik internal kali ya,,).

Terinspirasi dari pasangan yang lagi cekcok itu, jadi kepikiran, bisa jadi orang yang seharusnya menjadi pelindungmu berubah menjadi iblis bagimu. Mungkin memang benar yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib : “cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja, karena siapa tahu suatu saat dia akan menjadi orang yang kau benci,, dan bencilah orang yang kau benci sekedarnya saja, karena siapa tahu suatu saat dia akan menjadi orang yang kau cintai”.

Flashback keempat
Gila bener, ngelihat sopir taksi kencing di pintu taksinya sendiri (maksudnya di lekukan pintu taksinya). Trus ngeliat orang berak di selokan. Jadi dia nongkrong di trotoar tanpa celana, sementara jalanan masih ramai dengan mobil yang lewat (sumpah kejadian nyata). Seandainya aku gak jalan di trotoar, aku gak akan pernah liat pemandangan seperti itu. Dan aku mikir, ironisnya mana pernah orang-orang yang ada di balik mobil-mobil mewah itu tau kondisi tetangganya seperti ini.

Tadinya aku jijik dan ngumpat kelakuan yang gak wajar itu. Tapi pas aku coba membayangkan diriku sebagai mereka, pandanganku jadi sedikit berubah. Toilet umum aja sekarang harus bayar minimal seribu perak lah. Sementara mereka ngumpulin duit seribu perak aja setengah mati, dan anak mereka juga butuh makan.

Flashback kelima
Selalu ingat kalau sedang berada di dalam bis,, bagaimana baju selalu berkeringat karena saking panas dan sumpeknya,, bagaimana harus tetep diam ngelihat orang yang ngerokok dan ngeludah di dalam bus,, bagaimana harus selalu siaga agar tidak dilahap bajingan,, pokoknya transportasi umum


Moral cerita
Percayalah,, membaca berita kriminal di koran itu sangat berbeda dengan melihat peristiwa kriminal secara langsung dengan mata kepala kita, efeknya berbeda. Terlebih apabila kau merasakan sendiri kekejaman dunia akan jauh lebih menyakitkan dibandingkan sekedar menyaksikannya.

Bahkan apa yang aku tulis di blog ini jauh lebih mending daripada yang terjadi sesungguhnya. pokoknya kalo mau mencari makna kehidupan dan belajar menghargai kehidupan, lihatlah orang yang berada di atas dan orang yang ada di bawah kita (termasuk di terminal).

Kembali ke lagunya Ungu. Pada akhirnya, betapapun kejamnya dunia ini, kita ingin berteduh dalam dekapan-Nya. Dekapan yang penuh cinta dan kedamaian. Menangis dan berkeluh kesah pada-Nya. Ternyata memang manusia itu sungguh rapuh dan membutuhkan perlindungan dari-Nya. Dia yang memberikan kehidupan, dan biarkan pula Dia yang mengatur jalan hidup kita. Tuhan paling mengerti kenapa Dia membuat kita menangis, dan kenapa dia membuat kita tertawa.

“Tunjukilah aku jalan yang lurus” (Al Fatihah ayat 6)

Monday, 17 September 2007

Wahai pengembara yang lelah

Tak perlu mengucap

Karena dengan menatap,,

Aku tahu kata yang kan terlontar


Tak perlu teteskan air mata

Karena dengan meraba,,

Aku mampu merasakan getirmu


Tapi aku salah

Ternyata aku tak pernah bisa memahami

Bahwa senyum itu semu

Ada perih di balik tawa yang berderai

Perih yang tak pernah kutahu kadarnya


Maafkan aku,,

Jika saat ini jantung itu masih berderap

Jika nisan itu belum tertancap

Aku berjanji akan berubah

Sebagai pelangi yang muncul setelah hujan


Tapi,,

Aku tak meminta waktu diputar kembali

Aku juga tak meminta ruh itu kembali pada kefanaan

Aku menghormati keputusan itu

Menjadi abu di usia belia

Dalam ketakberdayaan kau permainkan takdir


Wahai pengembara yang telah pergi

Terima kasih telah menyadarkanku

Bahwa hanya ada satu matahari di muka bumi ini

Tapi satu saja tak cukup,,

Tak cukup tuk menghangatkan hatimu

Maka aku akan berusaha menjadi matahari kedua

Aku akan berusaha bersinar seterang mentari

Bersinar dan bukan untukmu lagi

Tapi untuk ribuan orang dengan jiwa sepertimu

Aku memang tak pernah mampu membuatmu tersenyum

Bahkan hingga isak terakhirmu

Tapi demi engkau,,

Mulai kini aku kan berusaha

Membuat ribuan orang tersenyum padaku

Agar kau juga tersenyum padaku di sana


Wahai pengembara yang kelelahan

Tunggu aku di sana

Dengan senyum termanis dari nirwana

Belajar dr Sheva

Dalam konteks dunia kerja, mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari striker Chelsea Andriy Shevchenko. Jadi ketika Sheva berada di klub Italia AC Milan, dia bermain dengan sangat bagus. Begitu banyak gol yang sudah dia bikin dan ketajamannya udah gak diragukan lagi. Dia disanjung dan dianggap sebagai salah satu pemain bola terbaik. The right man on the right place lah pokoknya. Permainanannya yang menawan bersama Milan membuat klub-klub besar lain termasuk Chelsea sangat berhasrat memilikinya. Dengan iming-iming gaji tinggi yang lebih besar dibanding di Milan, Chelsea menarik Sheva ke dalam skuadnya.

Tapi sampai sejauh ini, sejak pindah ke Chelsea, justru kebintangan Sheva makin memudar. Padahal Chelsea memiliki begitu banyak pemain bintang yang seharusnya bisa men-support Sheva. Logikanya semakin banyak pemain handal, semakin hebat klub itu. Ternyata gak sesederhana itu. Dengan semakin banyak bintang, persaingan antar pemain bintang jadi semakin ketat. Tiap bintang ingin terlihat lebih bersinar dan lebih menonjol dibanding lainnya, sehingga kadang mereka terlihat cenderung egois. Dan tiap bintang belum tentu bisa bekerja sama dengan bintang lainnya. Akibatnya meski bermain di klub bertabur bintang, kebintangan Sheva justru meredup.

Hubungannya sama kita? Kalau diibaratkan dengan dunia kerja kita nantinya, apakah klub (perusahaan/instansi/lembaga/dll,,) tempat kita bernaung itu adalah yang paling tepat untuk kita? Mampukah kita jadi optimal di perusahaan tersebut? Pelajaran pentingnya. Kita gak harus bekerja di klub terbaik, karena kita bukanlah pegawai terbaik. Dan inget bahwa gak ada klub yang sempurna karena memang gak ada manusia yang sempurna. Kita gak harus bekerja di klub yang memberi kita gaji tertinggi. Tapi kita harus mencari pekerjaan di klub yang mampu mengoptimalkan potensi kita. Carilah klub (tempat kamu bekerja) yang bisa membuat kamu jadi yang terbaik.

Friday, 9 March 2007

Resensi: CoaEHM - Corporatocracy

Dalam Confesssions of an Economic Hit Man, corporatocracy digambarkan Perkins sebagai sebuah kerja sama antara tiga elemen : 1)bank internasional, 2)korporasi besar (contohnya MNC/multi national corporacy), dan 3)pemerintah. Sedangkan EHM merupakan orang yang dilatih untuk membangun imperium AS dengan cara “merusak” ekonomi global. Perkins pernah menjadi bagian corporatocracy terbesar yang bertujuan menguasai dunia. Bagaimana modusnya? Ada beberapa level tindakan (berdasarkan tinjauan kritis saya sih).

Level pertama merupakan cara terhalus. Pada level ini, mekanisme pasar berjalan sesuai keinginan corporatocracy. Jadi ketika negara lain dianggap strategis (punya sumber daya, letaknya strategis, dll), maka corporatocracy akan membidik negara tersebut agar jatuh dalam genggamannya. Caranya adalah dengan bank internasional yang memberikan pinjaman besar pada negara yang bersangkutan hingga negara tersebut tidak mampu mengembalikan.

Ketidakmampuan negara tersebut untuk mengembalikan hutang pada AS bukanlah kerugian pada AS. Pertama negara tersebut akan tunduk secara politis pada AS. Kedua sumber daya alam yang dimiliki negara tersebut secara tidak langsung, cepat atau lambat akan menjadi milik AS. Yang ketiga, perusahaan AS akan diperbolehkan mengeruk sumber daya alam negara tersebut. Yang keempat adalah karena mata uang internasional adalah US dollar. Jadi sebanyak apapun AS mengucurkan uang, selama perdagangan internasional masih US dollar, AS tidak akan merugi (makanya AS mulai khawatir dengan euro).

Kemudian cara halus lainnya adalah apabila ada korporasi besar yang tidak mendukung langkah AS dalam menaklukkan dunia, maka korporasi tersebut tidak akan mendapat pinjaman dari bank internasional. Cara licik lain selalu tidak bisa mendapatkan tender. Akibatnya korporasi tersebut secara perlahan akan bangkrut. Sebaliknya korporasi yang di dalamnya terdapat EHM akan dengan mudah mendapat pinjaman dana dari bank internasional dengan rekomendasi dari pemerintah. Korporasi yang ada EHM-nya juga dipermudah dalam mendapatkan mega-tender. Hal tersebut menggurita hingga hierarki yang terbawah dan mempengaruhi eksistensi berbagai korporasi hingga jenjang level yang terbawah. Jadi intinya korporasi kecil yang tidak mendukung korporasi besar juga akan “dibangkrutkan” secara perlahan.

Pada level kedua, negara yang strategis harus diupayakan untuk menjalin kerja sama dengan AS. Dan AS kemudian mencengkeramkan kekuasaannya melalui berbagai bentuk “kerja sama”. Contohnya Arab Saudi yang kaya minyak. Maka pemerintah AS “hanya” menawarkan satu megaproyek pada negara ini yaitu pembangunan kilang minyak.

Sekalipun negara Saudi ini sangat kaya, pembangunan kilang minyak yang besar memerlukan teknologi dari AS. Jadi sangat jelas dengan siapa Saudi akan bekerja sama. Dan satu mega proyek yang disetujui pasti akan mendatangkan mega proyek lainnya.

Contohnya ketika kilang tersebut sudah dibangun tidak berhenti sampai di situ, diperlukan berbagai infrastruktur penunjang seperti jalan, bandara, terminal, dll. Kembali AS yang dipanggil. Setelah semua proyek tersebut sudah dibangun, apakah kerja sama dengan AS berhenti sampai di situ? Tidak, karena diperlukan perawatan dan peremajaan (update teknologi). Siapa yang bisa melakukan perawatan dan peremajaan di masa mendatang? Cuman AS. Begitulah AS menimbulkan ketergantungan Saudi. Ketergantungan Saudi pada AS membuat ketergantungan AS terhadap minyak menjadi aman.

Pada level ketiga, negara yang pemimpinnya menentang AS akan dimasuki oleh “James Bond”. Langkah ini diambil ketika EHM gagal memasuki negara tersebut. Disebutkan bahwa PM Iran yang terpilih secara demokratis : Mohammed Mossadegh melakukan langkah yang membuat AS dan Inggris kesal yaitu dengan menasionalisasikan semua aset yang berada di negara tersebut pada tahun 1951. AS tidak mengirimkan pasukan militer untuk menghadapi Iran. Tapi mereka justru mengirimkan seorang agen CIA Kermit Roosevelt (cucu Theodore Roosevelt). Kermit=the first James Bond (menurut perkiraan saya).

Apa yang dilakukan Kermit di Iran? Dia menyuap dan mengancam berbagai orang. Ia menyewa orang untuk mengatur huru-hara di jalan dan berbagai demo lainnya. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa Mossadegh tidak becus mengurus negara dan tidak disukai oleh rakyat. Pada akhirnya Mossadegh benar-benar turun dan menjadi tahanan rumah. It’s all about character assassination. Kesimpulannya, perang di era modern adalah perang media/perang image.

Terlepas apakah cerita Perkins itu nyata atau nggak, sangat masuk akal bahwa image bisa digunakan sebagai pengharum ataupun justru penghancur pihak lain. Gak usah jauh2 di luar negeri. Anggota DPR di Indonesia aja langsung turun begitu ada pihak lain yang membocorkan aib pribadinya ketika beradegan mesum dengan yang wanita yang bukan istri sahnya.

Pada level keempat, ketika EHM gagal, dan James Bond / CIA tidak bisa melakukan character assasination sebagaimana pada level ketiga. Maka “serigala’ akan segera menerkam. Contohnya pada kematian presiden Ekuador : Roldos meninggal karena kecelakaan helikopter. Kemudian kematian presiden Panama Torrijos. Jadi Perkins ingin menyatakan bahwa kematian para petinggi negara itu bisa saja didalangi oleh para serigala. Ini juga bisa berfungsi sebagai gertak sambal yang ditujukan pada pemimpin dunia lainnya.

Pada level kelima, ketika semua cara baik cara halus, character assassination dan cara serigala tidak berhasil. Maka AS akan menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan rezim yang menentang mereka tersebut. Hal tersebut terjadi pada Irak dan Panama. Level kelima ini sebagaimana level keempat punya fungsi ganda. Pertama menyingkirkan penentangnya. Kedua adalah sebagai peringatan/ancaman bagi negara lain, bahwa siapapun yang tidak mau tunduk pada AS akan hancur.